11 December 2010
REVOLUSI SHALAT IBNU ARABI
REVOLUSI SHALAT IBNU ARABI
Ibnu ‘Arabi
Pustaka Hidayah
RM 59.90 , 600 hal
“Ketika kita membaca Futuhat Ibn ‘Arabi tentang rahasia taharah (bersuci), rahasia shalat, rahasia zakat, rahasia puasa, dan rahasia haji, kita akan mengetahuai bahwa karya ini, secara tidak langsung, menepis tuduhan bahwa tasawuf mengabaikan syariat. Ibn ‘Arabi tidak berhenti pada wilayah lahiriah ibadah-ibadah ini, tetapi terus menyelam pada wilayah batiniah, yang pada akhirnya membentuk keterpaduan syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat. Izinkanlah saya mengkritik judul buku yang akan diterbitkan. Judul REVOLUSI SHALAT menimbulkan kesan bahwa shalat itu garang, dahsyat, menggebu-gebu, dan bergelora, yang menuntut perubahan yang cepat. Saya tidak mengatakan bahwa judul ini keliru. Tapi kesan ini tidak sesuai dengan watak tasawuf yang menekankan cinta, kasih sayang, ketenteraman dan kedamaian. Shalat, bagi Ibn ‘Arabi, adalah hubungan intim dan mesra antara yang mencinta dan Yang Dicintai. Barangkali judul yang lebih tepat adalah salah satu dari tiga judul berikut:
(1) SHALAT MEDITATIF,
(2) SHALAT KONTEMPLATIF
(2) MENYELAMI MAKNA BATINI SHALAT
Sekarang, edisi bahasa Indonesia bagian shalat ini membantu pembaca yang tidak bisa langsung membaca teks asli dalam bahasa Arabnya.”—Prof. Dr. Kautsar Anshari Noer, guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
“Tidak ada yang sepele; tidak ada yang begitu saja. Sebagai elemen dari ensiklopedia terbesar Irfan, Al-Futûhût Al-Makkiyyah, adikarya Syaikh Akbar, Muhyiddin Ibn Arabi, buku ini menampilkan meski segelintir dari koleksirium rahasia Hakikat. Tidak sekedar membahas sahnya shalat, tidak pula cukup mengajari diterimanya shalat, Revolusi Shalat menyuguhkan seni mencecap citarasa shalat dan mencintainya laksana cermin manifestasi Al-Haqq. Kepada berbagai kalangan, termasuk sufi sendiri, buku ini mengingatkan komitmen pada detail hukum lahiriah Syariat sebagai satu-satunya Buraq mikraj meraih Hakikat, tanpa hendak mendidik Mukmin jadi jumud, literalis, tanpa pula jadi liberalis. Keseimbangan inilah yang mengangkat buku ini semakin kaya dan menarik perspektif..”
—Ammar Fauzi (Kandidat Doktor Program Filsafat dan Irfan, Imam Khomeini University, Qom, Republik Islam Iran)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment