28 March 2008
DERAP-DERAP TASBIH
DERAP-DERAP TASBIH
penulis : HADI S KHULI
terbitan : (cetakan indonesia)
harga : RM 30
sinopsis :
"Bagian paling berkesan pada saya adalah bahwa apa yang dialami Wardah akibat dendam cintanya pada Fatih menyentakkan kesadaran batin kita bahwa siapa pun bisa saja salah dan gagal dalam salah-satu fase hidupnya, tak terkecuali seorang alim ulama, pengasuh pesantren, seperti tokoh novel ini. Novel religius yang kritis ini membuktikan pada kita bahwa ternyata tidak selalu benar bunyi pepatah bahwa buah akan selalu jatuh tak jauh dari pohonnya...
-Anam Khoirul Anam, pengarang best-seller Dzikir-dzikir Cinta-
Cinta adalah anugerah terindah dari Sang llahi. Sebagai muslim atau muslimah, sewajibnya mensyukuri anugerah cinta dengan cara-cara elegan, cantik dan beriman. Sayang, Wardah, putri kiai pengasuh pesantren yang tersohor kealimannya, gagal mengelola getaran cintanya pada Fatih, santri pengarang kreatif dan sekaligus anak asuh keluarga kiai tersebut. Bahkan, dengan emosi membara, Wardah berjuang untuk membuktikan pada Fatih bahwa tak sepatutnya Fatih menolak cintanya karena ia putri kiai besar, cantik dan berpengaruh. Sayang, Wardah kebablasan. la terjerumus ke jurang kelam penuh duri maksiat. Dan, siapakah yang mampu menyembunyikan aroma-aroma bau?
Peristiwa buruk yang dialami Wardah membuat Fatih merasa sangat bersalah pada kiai yang amat dicintai dan dihormatinya. Tapi, sang kiai menolak untuk menikahkan Wardah dengan Fatih karena janin di rahim Wardah bukanlah anak Fatih.
Kata sang kiai, "Setiap orang berhak mencintai dan dicintai bukan karena keterpaksaan atau belas kasihan, tapi keikhlasan."
Didukung tema kritis yang menukik, setting yang kuat, alur kisah yang penuh kejutan, konflik yang mengharu-biru dan dentuman-dentuman karakter tokoh-tokohnya yang detil, novel religius ini mampu menghadirkan banyak renungan bagi setiap pembacanya guna memaknai dan mensyukuri cinta dalam bingkai harmoni keimanan dan kearifan tradisinya. Suatu sikap hidup yang terkesan sederhana, bahkan saking sederhananya terlalu sering disepelekan, tapi justru mayoritas kita bisa menjadi pecundang karenanya…..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment